MAKALAH
MOTIVASI DAN PERSEPSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas
PERILAKU KONSUMAN
Dosen Pengampu :
Ahmad Faqihudin, S.Sos., MM.
Disusun Oleh :
1.
ALAIKA
AL CHASBY (NIM : 141403003)
2.
DIKA
TRI KUSUMA. A (NIM : 141403007)
3.
M.FATHUDIN
(NIM : 141403014)
4.
SINTASARI (
NIM :141403018)
EKONOMI BISNIS SYARI’AH
SEMESTER VI
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA
TEGAL
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2
2.1
MOTIVASI.................................................................................
2
2.2
PERSEPSI.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP............................................................................... 14
3.1 KESIMPULAN.......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Motivasi adalah sebuah
kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain.
Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan
kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara
harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang
diinginkan bisa kita capai.
Persepsi merupakan
proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita,
termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Sedangkan motivasi juga merupakan
kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan perilaku yang tetap
ke arah tujuan tertentu.
Manusia adalah makhluk
yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk
memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya melalui
indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa yang dilihat atau
dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan apa yang hendak dilakukan untuk
mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan
kognitif pada manusia meliputi tingkat intelegensi, kondisi fisik, serta
kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada
reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian motivasi
?
2.
Apa pengertian persepsi
?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
MOTIVASI
A.
Pengertian
Motivasi
Merupakan dorongan, dari bahasa
Latin “Movere” yang berarti mendorong atau menggerakan, sehingga seseorang
berprilaku, beraktivitas dalam pencapaian tujuan. Motivasi bersifat alami dan
sebagai kebutuhan menurut Maslow sesuai dengan teorinya tentang kebutuhan
manusia ini akan sangat mempengaruhi dorongan atau motivasi seseorang, misalnya:
“Seseorang sarapan pagi, berarti individu tersebut berperilaku dalam memenuhi
kebutuhan dasar atau kebutuhan biologis : pangan, sandang, papan, relasi
seksualitas, ini otomatis dalam dirinya muncul motivasi atau dorongan untuk
memenuhi kebutuhan dasar.” Manusia bukanlah benda mati yang bergerak hanya bila
ada daya dari luar yang mendorongnya, melainkan mahluk yang mempunyai daya-daya
dalam dirinya sendiri untuk bergerak, itulah motivasi. Oleh karena itu motivasi
sering disebut penggerak perilaku atau “the energizer of behaviour”. Motivasi
adalah penentu atau determinan perilaku, suatu konstruk teoritis mengenai
terjadinya prilaku.
Menurut para tokoh :
1)
Menurut Wahjosumidjo (1987),
motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang
melakukan sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses psikologis yang
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang
terjadi pada diri seseorang.
2)
Menurut Herlina, adalah
kekuatan, tanaga, keadaan yang komplek, kesiapsediaan dalam diri individu dalam
bergerak (motion) ke arah tujuan tertentu, baik disadari atau pun tidak
disadari.
Ada tiga aspek dalam motivasi, yaitu :
1)
Keadaan yang mendorong, yang ada dalam
organisme, yang muncul karena adanya kebutuhan tubuh, stimulus lingkungan, atau
kejadian mental seperti berpikir dan ingatan
2)
Tingkah laku, yang dibangkitkan dan diarahkan
oleh keadaan tadi.
3)
Tujuan yang menjadi arah dari tingkah laku.
Jadi motif membangkitkan tingkah laku dan mengarahkannya pada tujuan yang sesuai.
Selain itu, motivasi merupakan kompleksitas proses fisik fisiologi yang
bersifat energetik (dilandasai dengan adanya energi), keterangsangan (disulut
oleh stimulus), dan keterarahan (tertuju pada sasaran).
B.
Ciri-ciri motivasi dalam perilaku :
1)
Pergerakan
perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan yang bervariasi. Motivasi
tidak hanya merangsang suatu prilaku tertentu saja tetapi merangsang berbagai
kecenderungan berperilaku yang memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda
2)
Kekuatan
dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kekuatan
determinan. Rangsang yang lemah mungkin menimbulkan reaksi hebat atau
sebaliknya
3)
Motivasi
mengarahkan perilaku kepada tujuan tertentu
4)
Penguatan
positif atau positive reinforcement menyebabkan suatu perilaku tertentu
cenderung untuk diulangi kembali
5)
Kekuatan
prilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak enak
C.
Bentuk-Bentuk Motivasi
1)
Motivasi
Instrinsik atau motivasi yang datangnya dari dalam diri sendiri “Agus ingin lulus dari D3 Keperawatan, maka muncul
dorongan dari dalam dirinya untuk belajar dua kali lebih giat daripada waktu
masih di SMU.” takut dimarahin orang lain, takut kehilangan sayang dari
kekasih, dll
2)
Motivasi
Ekstrinsik atau motivasi yang datang dari luar individu “Karena melihat kedua
orang tua banting tulang mencari uang untuk membiayai sekolahnya, maka muncul
motivasi untuk giat belajar dan lebih cepat selesai pendidikan.”
3)
Motivasi
terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya
serentak cepat sekali pada prilaku seseorang. “Dalam kondisi terdesak
menghadapi bahaya besar Usman harus menyelamatkan diri, maka ia mampu melompati
pagar setinggi satu meter lebih dengan baik dan selamat.” Padahal sebelumnya
Usman belum pernah dan tidak bisa melompati pagar yang tingginya satu meter
lebih karena ia bukan seorang atlit.
4)
Motivasi
yang berhubungan dengan ideology politik, ekonomi, sosial budaya dan Hankam
yang sering menonjol adalah motivasi sosial karena individu memang mahluk
sosial. “Motivasi untuk bergabung dengan kelompok sukarelawan yang ada, dengan
adanya kerusuhan yang menimbulkan korban jiwa, ingin membantu meringankan beban
orang lain.”
D.
Proses Motivasi
1)
Tahap pertama, keadaan yang mendorong,
yang biasa disebut drive. Istilah drive sering digunakan saat keadaan motif
memiliki dasar biologis atau fisiologis. Drive dipandang sebagai pendorong
seseorang untuk bertindak. Drive dapat muncul bila organisme kekurangan sesuatu
atau memiliki kebutuhan. Drive juga bisa muncul bila ada stimulus dari
lingkungan.
2)
Tahap kedua, tingkah laku, yang
ditimbulkan oleh karena adanya Drive. Sebagai contoh rasa lapar mendorong
manusia untuk mencari makanan. Cepat atau lambat, bila tingkah laku itu
berhasil, maka kebutuhan maupun drive akan berkurang. Dengan perkataan lain,
tingkah laku pencarian makanan oleh manusia, merupakan alat untuk mendapatkan
makanan dan mengurangi dorongan lapar.
3)
Tahap ketiga, tingkah laku manusia
diarahkan pada tahap ketiga dari siklus motifasional, yaitu mencapai
tujuan. Contoh siklus motivasi ini adalah pada rasa haus. Kekurangan air pada
tubuh menimbulkan kebutuhan dan dorongan (tahap I), memunculkan tingkah laku
mencari air minum (tahap II), yang merupakan tujuan (tahap III). Minum
meredakan kebutuhan air dalam tubuh sehingga rasa haus terpuaskan, dan siklus
motifasional berhenti. Tetapi dengan segera kebutuhan akan air timbul kembali,
maka manusia akan memulai kembali siklus motifasionalnya.
E.
Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
1)
Fisik
dan proses mental
2)
Usia
3)
Kematangan
4)
Lingkungan
5)
Hereditas
6)
Fasilitas:
sarana & prasarana ‘
7)
Audio
Visual Aid (AVA/Media)
8)
Instrinsik
seseorang
9)
Program
aktivitas
Ø Motivasi & Konflik
Dorongan-dorongan atau
kebutuhan-kebutuhan tidak muncul satu per satu, seringkali dua kebutuhan atau
lebih muncul berbarengan atau pada saat yang sama, inilah yang disebut
“konflik.” Kurt Lewin (1890-1947) seorang Psikolog membedakan tiga macam
konflik:
1)
Approach-Approach
Conflict : konflik (+)/(+) Dua kebutuhan
atau lebih yang muncul bersamaan tapi kedua-duanya mempunyai nilai positif bagi
individu
2)
Approach-Avoidance
Conflict : konflik (+)/(-) Apabila satu
kebutuhan yang muncul mempunyai nilai positif dan negative sekaligus bagi
individu
3)
Avoidance-Avoidance
Conflict : konflik (-)/(-) Kedua kebutuhan atau lebih yang muncul bersamaan
semuanya mempunyai nilai negative bagi individu. Disamping itu juga dengan
sering terjadi berbagai konflik yang muncul lebih dari dua kebutuhan yang
mempunyai nilai-nilai positif dan negative sekaligus bagi individu, yaitu
“Multiple avoidance-avoidance conflict.”
Ø Motivasi & Frustrasi
Apabila muncul suatu kebutuhan atau
dorongan untuk bertindak, tetapi karena sesuatu hal, maka kebutuhan tidak dapat
terpenuhi atau dorongan untuk bertindak terhambat, menimbulkan situasi yang
disebut “frustrasi.” Frustrasi berarti suatu kebutuhan tidak dapat terpenuhi
atau pemenuhan suatu kebutuhan yang tertunda. Secara teknis keadaan yang
pertama disebut frustrasi dan keadaan kedua disebut “privasi.”
Ø Faktor-Faktor Penyebab Frustrasi
1)
Hambatan
fisik individu, berarti karena untuk memenuhi kebutuhan itu fisik individu
terlalu lemah atau karena hal-hal lain, misalnya cacat: keadaan fisik tidak
mendukung prilaku individu.
2)
Hambatan
fisik di luar individu, misalnya ada larangan tertentu atau hal-hal yang
sederhana seperti terkunci dalam ruangan, dibawa pergi oleh seseorang, dll.
3)
Hilangnya
rangsang yang memperkuat timbulnya kebutuhan.
4)
Dilakukan
tindakan yang kurang tepat sehingga kebutuhan tidak terpenuhi.
Ø Motivasi dan Emosi
Emosi mempunyai kaitan yang amat
erat dengan motivasi, karena emosi merupakan pendorong terjadinya prilaku.
Hilgard, dkk menganggap bahwa motivasi adalah pendorong perilaku yang
determinan-determinanya berasal dari dalam diri individu atau rangsang-rangsang
internal, sedangkan determinan-determinan emosi berasal dari luar individu atau
rangsang-rangsang eksternal. Pandangan ini tidak memuaskan karena kelaparanpun
dapat merangsang timbulnya emosi, dorongan seksual yang bersifat internal ternyata
sarat dengan unsur-unsur emosional
Ø Motivasi-Belajar-Minat
Kaitanya dengan belajar dan minat,
para ahli psikologi membedakan dua macam motivasi berdasarkan sumber dorongan
terhadap perilaku, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik, dimana
motivasi instrinsik mempunyai sumber dorongan dari dalam diri individu yang
bersangkutan, sedangkan motivasi ekstrinsik mempunyai sumber dorongan dari luar
diri individu.
F.
Gangguan Motivasi
1)
Hyperactive/hiperaktif
Ciri anak ini tidak bisa duduk diam dikelas.
Kadang anak ini berlarian, meloncat, bahkan berteriak-triak. Anak ini sulit
dikontrol untuk melaukan aktifitas secara teratur dan tertib, serta suka
menganggu teman sekelasnya.
2)
Distractibility child
Tipe anak ini cenderung cepat bosan, mudah mengalihkan
perhatiannya keberbagai objek lain dikelas, mudah dipengaruhi, dan sulit
memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
3)
Poor self concept
Ciri anak ini pendiam, sangat perasa atau
sensitif, mudah tersinggung, sikapnya pasif dan cenderung tidak berani bertanya
karena merasa diri tidak mampu dan kurang bergaul.
4)
Impulsive
Ciri anak ini cepat bereaksi. Anak jenis ini
langsung berbicara, tanpa menghiraukan pertanyaan guru, jawaban spontan, kurang
mendukung kemampuan berfikir logis. Anak ini berteriak pada saat menjawab,
ingin menunjukan diri sebagai anak yang pandai, namun jawaban atau reaksinya
mencerminkan ketidakmampuanya, jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan.
5)
Distractive behavior
Anak ini tipe perusak, sikapnya agresif kearah
negatif, suka membanting atau melempar. Anak ini termasuk anak yang bermasalah
(trouble maker) sikap mudah tersinggung dengan tempramen yang tinggi dan suka
merusak.
6)
Dependency
Ciri anak ini tidak dapat tinggal dikelas tanpa
ditemani oleh ibunya, ketergantungan ini dapat disebabkan oleh sikap ibu yang
sangat melindungi anak sehingga saat di sekolahpun harus ditemani oleh ibu.
7)
Withdrawl
Ciri anak ini adalah pemalu dan menganggap
dirinya bodoh, sehingga malu pergi kesekolah. Harga diri rendah yang disebabkan
karena latar belakang sosial ekonomi orang tua yang rendah.
8)
Underachiever
Anak ini tidaklah termasuk anak “bodoh”atau
“tolol”. Meskipun semangat belajarnya sangat rendah, sering melipakan PR dan
hasil ulangannya selalu rendah. Anak ini potensi intelektualnya diatas
rata-rata. Guru diharapkan memberi perhatian yang serius kepada anak yang
berprestasi dibawah kemampuan ini.
9)
Overrachiever
Anak ini memiliki motivasi belajar yang tinggi,
cepat merespon dan sering tidak menerima kritik. Sikapnya agak sombong serta
merespon dengan sangat cepat. Anak ini tidak bisa menerima kegagalan dirinya.
10) Slow learner
Anak ini acapkali malas, kalau ditanya biasanya
membutuhkan waktu lama untuk menjawabnya, sering lupa mengerjakan tugasnya,
kalaupun dikerjakan biasanya tidak tuntas dan cara berfikirnya lamban.
11) Social
interception
Sikap anak ini seperti “cuek” ia kurang peka
terhadap lingkungannya, sulit membaca ekspresi guru dan teman-temannya. Oleh
karena itu, anak ini sering dikucilkan oleh teman-teman sekitarnya.
G.
Coping Behaviour Gangguan Motivasi
1)
Motivasi dengan
kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan menggunakan
ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang
harus dilakukan. Contoh : seorang komandan akan memberikan hukuman pada anak
buahnya apabila tidak disiplin.
2)
Motivasi dengan bujukan
(motivacing by enticement), yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi
hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang dimotivasi. Contoh :
mahasiswa berprestasi akan mendapat hadiah berupa bebas membayar SPP selama 2
semester.
3)
Motivasi dengan
identifikasi (motivating by identification or ego-involvement), yaitu cara
memotivasi dengan menambahkan kesadaran
sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari
dalam dirinya sendiri dalam mencapai tujuan. Contoh: seorang mahasiswa belajar
giat karena termotivasi bila belajar dengan baik hingga berprestasi, yang akan
memetik hasilnya adalah diri sendiri.
2.2
PERSEPSI
A.
Pengertian
Persepsi
Secara etimologis
persepsi berasal dari bahasa latin preceptio ; dari preceptio, yang artinya
menerima atau mengambil. Adapun proses dari persepsi itu sendiri adalah yang
menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak. Persepsi adalah suatu proses
aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan
menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber
lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar
kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala
kejadian-kejadiannya (Meider, 1958).
Menurut para
tokoh :
1)
Menurut Matlin (1998), persepsi adalah proses
aplikasi pengetahuan sebelumnya untuk memperoleh/mengumpulkan dan
menginterpretasikan stimulus yang ditangkap panca indera (sensory register).
2)
Menurut Davidoff (1981), persepsi adalah
stimulus yang diterima indera oleh individu di organisasikan, kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti apa yang diindera.
B.
Jenis-Jenis Persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang
atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi
beberapa jenis :
1)
Persepsi
Visual : Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini
adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi
dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari
bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering
dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2)
Persepsi
Auditori : Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3)
Persepsi
Perabaan : Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4)
Persepsi
Penciuman : Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman
yaitu hidung.
5)
Persepsi
Pengecapan : Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan
yaitu lidah.
C.
Bentuk-Bentuk Persepsi
Menurut Walgito (1995: 22) terdapat dua yaitu faktor ektern dan
intern.
1)
Faktor
Internal
Faktor yang
mempengaruhi persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang
pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian dan
pengalaman penerimaan diri serta keadaan individu pada waktu tertentu.
2)
Faktor
Eksternal
Faktor ini
digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan keadaan, intensitas
rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan turut menentukan didasari atau
tidaknya rangsangan tersebut.
D.
Proses Persepsi
Walgito (dalam Hamka,
2002) menyatakan bahwa tahap-tahap persepsi antara lain:
1)
Tahap pertama
Merupakan tahap yang
dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses
ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2)
Tahap kedua
Merupakan tahap yang
dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang
diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris
3)
Tahap ketiga
Merupakan tahap yang
dikenal dengan proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu
tentang stimulus yang diterima reseptor.
4)
Tahap keempat
Merupakan hasil yang
diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
E.
Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut David Krech dan
Ricard Crutfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:55) membagi faktor-faktor yang
menentukan persepsi dibagi menjadi 2 yaitu:
1)
Faktor Fungsional
Faktor Fungsional
adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal
lain yang kita sebut sebagai faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan
persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
2)
Faktor Struktural
Faktor Struktural
adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek
syarat yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.
F.
Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi
(dispersepsi) adalah kesalahan atau gangguan persepsi. Menurut Maramis (1999),
terdapat 7 macam gangguan persepsi, yaitu:
1)
Halusinasi atau maya
Halusinasi adalah
pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindera seseorang,
yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organik, fungsional
psikotik ataupun histerik. Secara singkat halusinasi adalah persepsi atau
pengamatan palsu.
2)
Ilusi
Ilusi adalah interpretasi
yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi) yang sebenarnya sunguh
terjadi karena adanya rangsang pada pancaindera. Secara singkat ilusi adalah
persepsi atau pengamatan yang menyimpang. Contoh : bayangan daun pisang
dilihatnya seperti seorang pejahat, bunyi angin terdengar seperti ada orang
yang memanggil namanya, suara binatang disemak-semak terdengar seperti ada
tangisan bayi.
3)
Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah
perasaan yang aneh tentang dirinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak
menurut kenyataan atau kondisi patologis seseorang. Contoh : perasaan bahwa
dirinya seperti sudah di luar badannya, perasaan bahwa kaki kanannya bukan
miliknya lagi.
4)
Derealisasi
Derealisasi adalah
perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut kenyataan
sebenarnya. Contoh: segala sesuatu dirasakan seperti mimpi.
5)
Gangguan somatosensorik
pada reaksi konversi
Somatosensorik adalah
suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik menggambarkan adanya suatu
konflik emosional. Contoh : anestesia yaitu kehilangan sebagian atau seluruh kepekaan indera peraba pada
kulit, perestesia yaitu perubahan pada indera peraba (seperti ditusuk-tusuk
jarum), gangguan penglihatan atau pendengaran, makropsia, dan mikropsia.
6)
Gangguan
psikofisiologik
Gangguan
psikofisiologik adalah gangguan pada tubuh yang disyarafi oleh susunan syaraf
yang berhubungan dengan kehidupan dan disebabkan oleh gangguan emosi. Contoh:
·
Kulit : radang kulit,
biduran, gatal-gatal, dan banyak cairan pada kulit.
·
Otot dan tulang : otot
tegang sampai kaku dikepala dan punggung.
·
Alat pernafasan:
sindrom hiperventilasi (nafas berlebihan).
·
Jantung dan pembuluh
darah : debaran jantung yang cepat, dan tekanan darah meningkat.
·
Alat pencernaan :
lambung perih, mual, muntah, kembung, dll.
7)
Agnosia
Agnosia adalah
ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik sebagian maupun
total sebagai akibat kerusakan otak.
G.
Coping Behavior Gangguan Persepsi
Tingkah laku coping
yang berhasil maka terjadi penyesuaian
antara diri individu dengan lingkungannya (adaptasi). Otto Soemarwoto (1987),
mengungkapkan bahwa adaptasi itu ada tiga macam, yaitu:
1)
Adaptasi Fisiologi,
adalah proses adaptasi melalui faal. Contohnya : orang yang hidup di lingkungan
yang tercemar dalam tubuhnya berkembang kekebalan terhadap infeksi.
2)
Adaptasi Morfologi,
yaitu terjadi perubahan bentuk fisik pada dirinya. Contohnya : orang
eskimo yang hidup di daerah dingin
mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan kekar.
3)
Adaptasi kultural /
adjusment, yaitu adaptasi yang terjadi dengan melakukan perubahan pada
lingkungan tempat hidup agar tercapai keseimbangan dengan dirinya. Contohnya :
penggunaan alat pendingin ruangan.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Motivasi
merupakan sesuatu hal yang membangkitkan, mempertahankan, mengelola dan membawa
tingkah laku pada suatu tujuan tertentu.
Ø Ciri-ciri motivasi dalam prilaku :
1)
Pergerakan
perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan yang bervariasi. Motivasi
tidak hanya merangsang suatu prilaku tertentu saja tetapi merangsang berbagai
kecenderungan berperilaku yang memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda
2)
Kekuatan
dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kekuatan
determinan. Rangsang yang lemah mungkin menimbulkan reaksi hebat atau
sebaliknya
3)
Motivasi
mengarahkan perilaku kepada tujuan tertentu
4)
Penguatan
positif atau positive reinforcement menyebabkan suatu perilaku tertentu
cenderung untuk diulangi kembali
5)
Kekuatan
prilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak enak
Persepsi adalah
suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat,
merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang
ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi).
DAFTAR PUSTAKA
Ibadina, Azkia. Motivasi Psikologi 2014.
http//tugasku4free.blogspot.com/2014/12/psikologi-motivasi.html
Khadiyanto,
Parfi. 2009. Pemahaman tentang Persepsi.
http://parfikh .blogspot.com/2009/02/pemahaman-tentang-persepsi.html
Korneliz.
2009. Masalah Motivasi dalam Psikologi.
http://psikologimotivasi.blogspot.com/200905/masalah-motivasi-dalam-ilmu-psikologi.html
Medical
Stuff. 2013. Gangguan Persepsi. http://xianide.blogspot.com
/2013/03/gangguan-persepsi_5.html
Setiawan,
Agus. 2012. Gangguan Persepsi. http://agusetiawan-onpapers.blogspot.com/2012/01/pengertian-persepsi.html
Tedjo.
2012. Persepsi dan Motivasi. https://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/motivasi-dan-persepsi.html
West
sinjai. 2009. Masalah motivasi dalam ilmu
psikologi. http://psikologimotivasi.blogspot.com/2009/05/masalah-motivasi-dalam-ilmu-psikologi.html
https://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/motivasi-dan-persepsi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar